Gunung Tangkuban Perahu
Wisata
Bandung – Gunung Tangkuban Perahu
Kota Bandung tak hanya tentang fashion dan kuliner,
ada hal menarik lain dari kota ini. Jika Anda bosan dengan suasana perkotaan
Bandung, maka coba nikmati wisata alamnya. Anda bisa datang ke salah satu tempat wisata
yang paling ramai dikunjungi di Bandung yaitu Gunung Tangkuban
Perahu.
Gunung Tangkuban Perahu merupakan
sebuah gunung aktif di Bandung Utara, tepatnya di Cikole, Lembang,
atau sekitar 20 km dari pusat kota Bandung. Letusan terakhir gunung ini
tercatat pada tahun 2013 namun meski begitu, gunung ini masih relatif aman
untuk dikunjungi.
Kawah Gunung
Tangkuban Perahu
Beberapa tanda aktifnya gunung
ini adalah adanya gas belerang dan juga sumber air panas yang mengalir di kaki
gunung, misalnya di Ciater. Jika berkunjung ke gunung ini, Anda sangat
disarankan membawa masker penutup mulut untuk menghindari bau gas belerang yang
tajam.
Gunung Tangkuban Perahu memiliki
ketinggian 2.084 di atas permukaan laut atau sekitar 6.873 kaki. Suhu di gunung
ini adalah 17 derajat Celcius pada siang hari dan dapat mencapai 2 derajat
Celcius pada malam hari. Karena suhunya yang dingin, pada saat berkunjung ke tempat wisata ini jangan lupa untuk membawa
sweater dan jaket Anda.
Tak seperti gunung berapi
lainnya, puncak Gunung Tangkuban Perahu ini berbentuk memanjang dan mirip
sebuah perahu yang terbalik. Pada lereng gunung juga terdapat hamparan
perkebunan teh yang membuat Anda ingin berlama-lama menikmati keindahannya.
Tempat wisata yang satu ini juga
seringkali dijadikan lokasi pemotretan untuk foto prewedding, iklan komersil
dan juga pengambilan gambar untuk film.
Jika Anda belum puas menikmati
keindahan Gunung Tangkuban Perahu dalam satu hari, Anda juga bisa bermalam dan
melanjutkan keesokan harinya. Di sekitar gunung ini banyak terdapat hotel yang
bisa Anda gunakan untuk menginap, mulai dari yang mengenakan tarif terjangkau sampai hotel mahal dengan kualitas pelayanan
terbaik.
Legenda Sangkuriang
dan Dayang Sumbi
Seperti kebanyakan gunung di Indonesia yang
memiliki cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi, Gunung
Tangkuban Perahu juga memiliki sebuah cerita yang dipercaya sebagai asal usul
terbentuknya gunung ini. Cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi tentunya sudah tak
asing bagi sebagian besar orang.
Diceritakan pada zaman dahulu
kala, hidup seorang perempuan yang cantik jelita bernama Dayang Sumbi.
Kecantikan Dayang Sumbi sudah diketahui oleh banyak orang. Dayang Sumbi hidup
berdua dengan anaknya yang bernama Sangkuriang di sebuah hutan belantara.
Dayang Sumbi sangat menyayangi Sangkuriang dan mereka hidup bahagia bersama
seekor anjing kesayangannya, si Tumang, yang sebenarnya adalah ayah dari
Sangkuriang.
Suatu hari, Sangkuriang membuat
sebuah kesalahan. Sangkuriang pergi berburu rusa bersama si Tumang. Sampai sore
hari, Sangkuriang tidak mendapatkan rusa seekor pun. Sangkuriang takut akan
mengecewakan ibunya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membunuh si Tumang dan
membawa dagingnya pulang ke rumah.
Di rumah, Dayang Sumbi segera
memasak daging yang dibawa anaknya pulang. Setelah makan, barulah ia menyadari
ketidakberadaan si Tumang. Sangkuriang akhirnya mengaku bahwa daging yang
mereka makan adalah si Tumang. Dayang Sumbi luar biasa marah pada Sangkuriang.
Ia melemparkan sebuah batu sampai mengenai kepala anaknya dan mengusirnya
pergi.
Dayang Sumbi kemudian menyesal
telah mengusir anak kesayangannya. Kemudian ia berdoa agar diberi umur yang
panjang dan awet muda agar bisa bertemu dengan anaknya kembali. Setelah
beberapa tahun, mereka berdua bertemu kembali. Dayang Sumbi masih muda dan
semakin cantik, sedangkan Sangkuriang telah tumbuh dewasa dan tampan. Singkat
cerita, mereka berdua jatuh cinta.
Pada suatu hari, Sangkuriang
mengatakan ingin menikahi Dayang Sumbi. Di saat yang sama, perempuan itu
melihat bekas luka di kepala Sangkuriang dan menyadari bahwa ia adalah anaknya
yang telah lama pergi. Dayang Sumbi kemudian mencari cara agar mereka tak jadi
menikah.
Setelah meminta petunjuk, Dayang
Sumbi kemudian mengajukan syarat pada Sangkuriang. Pemuda itu harus bisa
membuat danau dan
perahu dalam semalam agar keesokan harinya mereka bisa berkeliling danau
berdua.
Menjelang pagi, danau dan perahu
yang dibuat Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi pun khawatir dan berdoa
agar matahari segera terbit. Doanya terkabul, matahari terbit dan Sangkuriang
belum berhasil menyelesaikan perahunya. Karena marah, Sangkuriang lantas
menendang perahu setengah jadi tersebut ke tengah danau. Perahu mendarat dalam
posisi terbalik. Perahu itulah yang kemudian disebut sebagai Gunung Tangkuban
Perahu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar