Candi Badhut
Candi Badhut ditemukan oleh pakar arkeologi di tahun 1923.
Candi yang juga disebut Candi Liswa ini berlokasi kurang lebih 5 km dari kota
Malang, tepatnya di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Candi Badhut diduga diperkirakan dibangun jauh sebelum masa pemerintahan
Airlangga, yaitu masa dimulainya pembangunan candi-candi lain di Jawa Timur,
dan diduga merupakan candi tertua di Jawa Timur.
Sebagian ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badhut
dibangun atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti
Dinoyo (tahun 682 Caka atau 760 M), yang ditemukan di Desa Merjosari, Malang,
dijelaskan bahwa pusat Kerajaan Kanjuruhan adalah di daerah Dinoyo.
Prasasti
Dinoyo sendiri saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Tulisan dalam
prasasti juga menceritakan tentang masa pemerintahan Raja Dewasimba dan
putranya, Sang Liswa, yang merupakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. Kedua
raja tersebut sangat adil dan bijaksana serta dicintai rakyatnya. Konon Sang
Liswa yang bergelar Raja Gajayana yang sangat senang melucu (bahasa Jawa:
mbadhut) sehingga candi yang dibangun atas perintahnya dinamakan Candi Badhut.
Walaupun terdapat dugaan semacam itu, sampai saat ini belum ditemukan bukti
kuat keterkaitan Candi Badhut dengan Raja Gajayana.
Selain usianya yang diduga jauh lebih tua, didasarkan pada
keterkaitannya dengan Kerajaan Kanjuruhan, terdapat ciri khas lain yang
membedakan Candi Badhut dari candi lain di Jawa Timur, yaitu pahatan kalamakara
yang menghiasi ambang pintunya. Pada umumnya relief kepala raksasa yang
terdapat di candi-candi Jawa Timur dibuat lengkap dengan rahang bawah, namun
kalamakara yang terdapat di Candi Badhut dibuat tanpa rahang bawah, mirip
dengan yang didapati pada candi-candi di Jawa tengah. Tubuh candi Badhut yang
tambun juga lebih mirip dengan candi di Jawa Tengah. Candi ini juga memiliki
kemiripan dengan Candi Dieng (di Jawa Tengah) dalam hal bentuk serta reliefnya
yang simetris. Candi Badhut diyakini sebagai candi Syiwa, walaupun sampai saat
ini belum ditemukan arca Agastya di dalamnya.
Bangunan yang terbuat dari batu andesit ini berdiri di atas
batur setinggi sekitar 2 m. Batu ini sangat sederhana, tanpa hiasan relief,
membentuk selasar selebar sekitar 1 m di sekeliling tubuh candi. Di sisi kanan
bagian depan batur terdapat pahatan tulisan Jawa (hanacaraka) yang tidak jelas
waktu pembuatannya.
Tangga
menuju selasar di kaki candi terletak di sisi barat, tepat di hadapan pintu
masuk ke ruang utama di tubuh candi. Pada bagian luar dinding pengapit tangga
terdapat ukiran yang sudah tidak utuh lagi, namun masih terlihat adanya pola
sulur-sulur yang mengelilingi sosok orang yang sedang meniup seruling. Jalan
masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi) dilengkapi dengan bilik penampil
sepanjang sekitar 1,5 m. Pintu masuk cukup lebar dengan hiasan kalamakara di
atas ambang pintu.
Dalam tubuh candi terdapat ruangan seluas sekitar 5,53 x
3,67 meter2. Di tengah ruangan tersebut terdapat lingga dan yoni, yang
merupakan lambang kesuburan bagi. Pada dinding di sekeliling ruangan terdapat
relung-relung kecil yang tampaknya semula berisi arca.
Dinding candi dihiasi dengan relief
burung berkepala manusia dan peniup seruling. Di keempat sisi tubuh candi juga
terdapat relung-relung berhiaskan bunga dan burung berkepala manusia.Di dinding
luar sisi utara tubuh candi terdapat arca Durga Mahisasuramardini yang tampak
sudah rusak.
Di sisi
selatan seharusnya terdapat arca Syiwa Guru dan di sisi timur seharusnya
terdapat arca Ganesha. Keduanya sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Candi ini pernah dipugar di tahun 1925 – 1926, akan tetapi
banyak bagian yang sudah hilang atau belum dapat dikembalikan ke bentuk
asalnya. Atap bangunan utama, misalnya, saat ini sudah tidak ada di tempatnya.
Hanya pelipit di sepanjang tepi atas dinding yang masih tersisa.
Di
bagian barat pelataran, yaitu di sisi kiri dan kanan halaman depan bangunan
candi yang yang sudah dipugar, terdapat fondasi bangunan lain yang masih belum
dipugar. Masih banyak onggokan batu di sekeliling pelataran candi yang belum
dapat di kembalikan ke tempatnya semula.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar