Desa Wisata Kelor Yogja
Sekitar 25 km dari pusat kota ke arah utara, atau ± 10 km dari ibu kota kabupaten. Dusun ini dapat dicapai melalui jalan darat dalam waktu ± 30 menit dari pusat kota. Kendaraan berupa bus besar dapat mencapai dusun ini dengan tempat parkir yang cukup luas dan situasi aman.
Kampoeng Sejarah Kelor berada pada ketinggian ± 700 meter DPL dengan rerata curah hujan 3.070 mm/tahun. Dengan ketinggian tersebut, kampoeng ini berhawa sejuk (25 – 35° C). Suasana alam pedesaan diperkuat dengan adanya hamparan kebun salak, sungai yang jernih dan kolam-kolam ikan milik penduduk/kelompok serta panorama Gunung Merapi dari kejauhan.
Ragam Wisata Desa Kelor
1. Camping Ground
Desa Kelor menyediakan lapangan ekstra luas yang bisa digunakan sebagai tempat berkemah atau camping ground. Lapangan ini berada di tengah perkebunan salak. Waktu terbaik untuk berkemah adalah pada malam bulan purnama.
2. Dolanan
Berbagai macam permainan anak di desa ini didesain sesuai dengan pola permainan anak yang sarat dengan muatan edukasi dan ketangkasan.
3. Home Stay
Beberapa rumah warga disewakan sebagaihome stay untuk wisatawan. Dengan demikian wisatawan dapat menikmati suasana alam pedesaan yang asri serta dapat melihat aktivitas masyarakat sehari-hari.
4. Jelajah Sungai
Jelajah sungai dilakukan di sungai Bedog. Sungai Bedhog merupakan anak sungai yang terbentuk dari letusan gunung merapi. Sungai ini melintas di sebelah timur dusun sepanjang ± 1, 5 km dengan lebar sungai 3 – 5 meter dan kedalaman air maksimal 1 meter. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam sungai Bedhog dan melakukan penyusuran sepanjang ± 1,5 km. Waktu terbaik menikmati sungai ini adalah pagi sampai siang hari.
Wisatawan juga dapat mandi di mata air belik Cuwo yang ada di sungai ini. Sampai saat ini, belik Cuwo masih digunakan sebagian masyarakat untuk mandi. Menjelang pertunjukan kesenian jathilan, mata air ini juga digunakan untuk melakukan ritual pemandian kuda lumping.
5. Jurit Malam
Jurit malam adalah jalan – jalan di malam hari untuk menikmati suasana pedesaan.
6. Kolam Ikan
Dusun Kelor memiliki beberapa kolam ikan milik penduduk. Wisatawan dapat memancing, menjaring ikan ataupun mengeksplorasi lumpur dengan cara ngesat blumbang (bedah kolam). Jenis ikan yang dipelihara adalah: nila, tawes, gurameh, emas (tombro), bawal dan lele. Bedah kolam ini juga dirancang untuk memupuk kerja sama antara pesertaoutbound.
7. Makanan Khas
Makanan khas Desa Kelor berupa nasi pondoh dan tempe bacem. Makanan ini biasanya disajikan menggunakan daun pohon salak atau daun pohon pisang. Pengunjung dapat pula mempraktikkan pembuatan makanan ini di dapur tradisional yang ada.
8. Ngonthel
Ngonthèl dalam bahasa jawa berarti mengayuh sepeda. Wisata ini mengajak tamu untuk berkeliling dusun dan menyusuri hamparan kebun salak dengan menggunakan sepeda.
9. Pelatihan dan Praktik
Ada dua macam pelatihan yakni pelatihan budi daya salak dan budi daya jamur. Masing-masing pelatihan terdiri atas tatap muka dan praktik lapangan. Materi pelatihan yang diberikan sebagian besar berasal dari teknik-teknik yang telah dipraktikkan para petani dan merupakan pengalaman langsung mereka. Cara tradisional yang mereka gunakan itulah yang menjadi daya tarik pelatihan ini. Kelas lain yang dibuka adalah praktik pembuatan telur asin/kacang telur/tempe/jenang dan kerajinan kulit salak. Kelas ini terutama ditujukan bagi anak-anak sekolah.
10. Rumah Joglo
Rumah Joglo yang didirikan pada tahun 1835 ini merupakan saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dimasa awal pendiriannya, fungsi yang lebih menonjol adalah sebagai tempat musyawarah masalah kenegaraan dan menyusun strategi dalam melawan Belanda. Joglo Kelor merupakan joglo terbaik se-Kabupaten Sleman. Hal ini terlihat dari bagian-bagiannya yang lebih lengkap dan masih asli. Secara Resmi, Joglo Kelor menjadi obyek wisata pada bulan oktober 2002.
11. Seni Budaya
Dusun Kelor memiliki beberapa kesenian tradisional, yaitu: jathilan (kuda lumping), gamelan, kethoprak, tari tradisionalYogyakarta dan sholawatan klenthingan. Tradisi yang masih terpelihara dengan baik adalah tradisi daur hidup, yaitu kelahiran, khitanan, mantenan, mitoni, brokohan selapanan. Tradisi adat jawa Suran, Saparan, Selikuran dan Ruwahan masih ada di masyarakat sampai saat ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar